Tahun pertama berdirinya semua gerak dan
langkahnya disesuaikan dengan situasi nasional saat itu, dengan garis
pokok perjuangan bersikap non kooperatif terhadap penjajah Belanda dan
Jepang. Kegiatan utama NU diprioritaskan bidang pendidikan dan
pengajaran, sosial ekonomi, silaturrakhim dan amar ma’ruf nahi mungkar.
Pengadaministrasian surat menyurat dan
arsip-arsip lainnya PCNU masih sangat sederhana yanga dikenal dengan
sebutan ‘administrasi paku’ dimana surat – surat atau
bukti-bukti dari kegiatan digantungkan di ‘paku’ yang tertancap di
dinding. Kondisi saat itu dimaklumi karena kebanyakan pengurus NU adalah
pengasuh-pengasuh pondok pesantren yang lebih mengutamakan masalah
agama daripada administrasi.
Proses pengembangan organisasi di
tingkat Majlis Wakil Cabang (MWC) dan Ranting dengan sendirinya terjadi
terutama di wilayah yang terdapat pondok pesantrennya. Di Kebumen pondok
pesantren yang ada saat itu seperti PP Wonoyoso. PP Jetis, PP Gunung
Mujil, PP Jogosimo, PP Podoluhur, PP Pekeongan dan lain-lain.
NU Kebumen Pada Masa Penjajahan Belanda
Berdirinya NU Cabang Kebumen tahun 1936,
kondisi bangsa Indonesia masih dalam kekuasaan penjajahan Belanda,
sehingga NU Cabang Kebumen memperhatikan masalah politik pemerintahan,
namun sebatas masalah–masalah yang memberatkan dan menindas rakyat.
Terutama masalah keagamaan, seperti sikap tegas PBNU yang juga diikuti
oleh setiap cabang termasuk NU cabang Kebumen, misalnya:
-
NU meminta dihapuskannya membayar pajak atas penyembelihan hewan ternak untuk ibadah kurban.
-
NU menolak adanya kewajiban memasuki milisi Belanda bagi pemuda-pemudi Indonesia dan mengharamkan bagi pemudi Islam untuk menjadi milisi Belanda.
-
NU menolak tranfusi darah untuk serdadu Belanda yang luka dan mengharamkan umat Islam untuk menyumbangkan darahnya untuk serdadu penjajah.
-
NU menolak subsidi yang ditawarkan oleh pemerintah kolonial kepada madrasah-madrasah NU,
-
NU mengadakan “moment active” / gerakan mabadi Khoiro Ummah untuk menolong serta mempertinggi keadaan sosial ekonomi bangsa Indonesia.
Usaha membela tanah air baik pada saat
Indonesia sebelum merdeka maupun setelah Indonesia merdeka selalu
dilakukan oleh NU Cabang Kebumen.
NU Kebumen Pada Masa Penjajah Jepang
Ketika pecah perang dunia kedua dan
tentara Jepang berkuasa di Indonesia menggantikan kedudukan Belanda
sebagi penguasa jajahan, yaitu sejak tentara Dai Nippon memasuki wilayah
Indonesia pada tanggal 7 Maret 1942, seluruh tanah air Indonesia yang
menjadi jajahan tentara Dai Nippon dan Negara Indonesia dinyatakan dalam
keadaan perang. Semua partai dan organisai massa termasuk NU telah
dibubarkan oleh tentara fasisme Jepang. Kegiatan masyarakatpun di batasi
dan mendapat pengawasan yang ketat dari tentara Dai Nippon.
Meski demikian para ulama dan warga NU
masih tetap melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam bidang keagamaan,
seperti mengadakan tabligh, pengajian di masjid-masjid dan mendidik anak
di madrasah dan pondok-pondok pesantren. Kesemuanya itu tetap berjalan
dan diikuti oleh masyarakat, meskipun harus menemui bahaya akibat
penjajahan Dai Nippon. Tentara Jepang menyadari jumlahnya yang sangat
sedikit di Indonesia. Untuk menghadapi sewaktu-waktu adanya serangan
musuh, maka tentara Jepang mencari dukungan dari rakyat Indonesia dengan
mengeluarkan semboyan-semboyan seperti :
-
militer Jepang hanya bersifat sementara,
-
militer Jepang akan memperbaiki nasib rakyat,
-
Jepang saudara tua bangsa Indonesia, dll.
Keadaan itu dimanfaatkan oleh para
pemimpin Indonesia dan tak ketinggalan tokoh-tokoh NU untuk terjun
bersama-sama pemerintah Jepang memikirkan nasib bangsa Indonesia di
kemudian hari. Kesempatan itu dilakukan dengan membentuk berbagai laskar
seperti PETA, yang merupakan laskar bersenjata dari pemuda-pemuda
Indonesia di bawah Pimpinan Jepang. Kemudian dibentuk pula barisan
Hizbullah yang dipimpin oleh KH Zaenal Arifin ( tokoh NU asal Sumatra
Utara) untuk melatih pemuda pemuda Islam dalam cara berperang dan
menggunakan alat-alat senjatanya.
Di Kebumen, dibentuk pula Pasukan
Hizbullah yang di dirikan oleh Idris. Hizbullah merupakan komponen
militer penting bagi Indonesia. Karena organisasi ini timbul dari kota
sampai ke dasa-desa yang mayoritas warga NU.
Selain Hizbullah ada juga Angkatan Oemat
Islam Indonesia (AOI), untuk bersama-sama berperang melawan penjajah
dari bumi Indonesia ini, walaupun secara struktural AOI tidak mengatas
namakan NU tetapi banyak di prakarsai oleh warga NU, untuk bertekad
berjuang mewujudkan kemerdekaan Negara Indonesia.
NU Kebumen Pada Masa Kemerdekaan
Setelah bangsa Indonesia merdeka dan
dibentuklah sebuah pemerintahan untuk mengatur Negara Indonesia dengan
membangun sebuah tatanan demokrasi yang salah satunta diwujudkan dengan
Pemulihan umum, untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk dalam Dewan
Perwakilan Rakyat.
Di Kebumen, sebelum pemilu I yang
menduduki Kursi DPRD Dati II Kebumen dari NU Hanya I (satu) orang,
tetapi setelah Pemilu dan NU menjadi Partai Politik menjadi 10 orang,
bahkan yang menduduki kursi ketua DPRD Dati II Kebumen untuk periode
1957 – 1961 adalah dari NU Yaitu Bapak KH Abdul Rahman Shidiq yang
sekaligus menjabat sebagai Ketua Cabang NU Kebumen masa Khidmat 1957 –
1963.
Sebagai program pokok dari DPRD tingkat
II Kebumen (yang juga di dalamnya terdapat Visi Misi NU melalui
perwakilannya) untuk periode 1957 – 1961 dengan melihak kondisi
Kabupaten Kebumen yang masih rawan akibat pemberontakan AOI yaitu
menentramkan rakyat Kebumen dan menghapus semua pajak-pajak yang
ditetapkan Belanda seperti pajak sepeda, pajak Dokar, pajak tontonan dan
lain-lain, diganti dengan peraturan daerah yang baru dengan berbahasa
Indonesia yang pada awalnya buatan Belanda dan berbahasa Belanda.
Pada era Soekarno sebagai Presiden yang
telah mengubah tata hidup kemasyarakatan dan politik kenegaraan dari
demokrasi Liberal ke Demokrasi Terpimpin. Kondisi ini menyebabkan banyak
penyelewengan politik. Seperti PKI yang semakin leluasa bergerak dan
melancarkan aksi-aksi liar. Hal yang demikian mebuat reaksi keras bagi
warga NU pada khususnya dan warga Indonesia yang tidak sealiran dengan
PKI. Munculnya berbagai pemberontakan PKI banyak disambut dengan
perlawanan oleh warga NU baik yang masuk dalam Gerakan Pemuda Ansor dan
Bansernya, yang tersebuar di seluruh bangsa Indonesia termasuk NU.
Ansor dan Banser Kabupaten Kebumen yang
Pada saat itu ketua Ansor Cabang Kebumen adalah Bapak Margono bin
Wongsodiwiryo yang juga memimpin perlawanan menghadapi PKI. Meletusnya
pemberontakan PKI tanggal 30 September 1965 merupakan puncak dari
kekacauan tersebut, yang kemudian pad tanggal 5 Oktober 1965 NU meminta
pada pemerintah untuk membubarkan PKI dan ormas-ormasnya. Mereka
membentuk “Front Pancasila” yang diketuai HM Subhan ZE (Ketua PBNU) untuk membersihkan sisa-sisa PKI.
Setelah di bubarnya PKI dan beralih
kekuasaan baru yang di pimpin oleh Suharto yang diawali dengan munculnya
istilah supersemar pada tanggal 11 Maret 1966 maka pada saat itu
Indonesia mulai dengan babak baru yang dikenal dengan nama orde baru.
Dengan berpedoman kepada UUD 45 dan Pancasila. Setelah mempelajari dan
mempertimbangkan situasi di dalam negeri dan untuk dapart menyesuaikan
diri dengan kebijakan pemerintah orba, maka pada tahun 1973 NU
memutuskan kembali sebagai Jam’iyah dimana bidang kegiatannya hanya
dalam pendidikan, sosial, keagamaan dan memfusikan kegiatan politiknya
dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Pada saat itu sebagi ketua NU Cabang
Kebumen adalah Drs. Husni Tamrin untuk masa Khidmat 1979 – 1982. Dan
selanjutnya di gantikan oleh Bapak Margono yang menjabat selama dua
periode dari tahun 1982 – 1992.
Untuk lebih memantapkan misinya dalam
memperjuangkan umat Islam yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah maka
dalam muktamar ke 27 di Situbondo, Jawa Timur tahun 1984 NU memutuskan
kembali ke khittah 1926 dan tidak mengikatkan diri dalam salah satu
organisasi politik manapun. Semenjak itulah NU kembali sebagai Jam’iyah
Diniyah dan menitik beratkan kegiatannya dalam bidang pendidikan
(ma’arif), dakwah dan sosial ekonomi.
NU Kebumen Pada Masa Reformasi
Era Reformasi, ketika kran kebebasan
mendirikan organisasi politik terbuka, muncul desakan dari warga NU
sendiri untuk kembali menjadi parpol. Tetapi, belajar dari pengalaman
masa lalu maka NU berketetapan untuk mempertahankan diri sebagai
organisasi sosial keagamaan, konsisten dengan Khittah 1926. Karena
dengan merubah diri menjadi parpol sama sekali tidak menguntungkan NU.
Ketika menjadi parpol NU terjebak pada permainan politik praktis yang
lebih berorientasi kepada kekuasaan; dan mengabaikan misi utamanya yakni
menjadikan Islam sebagai rahmatan lil’alamin (hasil Muktamar 30 : 1999. 24).
Untuk mewadahi konstituen warga NU PB NU
membentuk wadah Partai politik yang diberi nama Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB). Yang diteruskan pembentukannya melalui Pengurus Wilayah
dan Cabang termasuk Cabang Kabupaten Kebumen PC NU Kebumen menfasilitasi
terbentuknya PKB. Sebagai Dewan Syuro pertama DPC PKB Kabupaten Kebumen
di ketuai oleh KH Muzani Bunyamin yang sebelumnya menjabt sebagai Wakil
Rais Syuriah PC NU Kebumen, sedangkan Ketua Dewan Tanfidzinya adalah
Drs. Kholidi Ibhar MA yang sebelumnya menjabat Wakil Ketua Tanfidziyah
PC NU Kebumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar